SEMARANG, suaramerdeka.com – Penyebaran tenaga kesehatan di Indonesia yang belum merata menjadi fokus perhatian Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan Data SISDMK per Maret 2024 tercatat dari 10.217 puskesmas yang ada di seluruh Indonesia, 48 persen di antaranya atau 4.908 Puskesmas belum bisa memenuhi ketersediaan sembilan jenis tenaga kesehatan yang dibutuhkan.
‘’Dari jumlah itu berarti kami masih kekurangan 8.681 tenaga kesehatan. Untuk itu, Kemenkes saat ini melakukan transformasi sistem kesehatan dengan enam pilar. Yakni, layanan primer, rujukan, ketahanan kesehatan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan,’’ papar Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes RI drg Arianti Anaya MKM.
Dia mengatakan hal itu dalam sambutan Wisuda Ke-115 Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Semarang, di Hall MAJT, Semarang, Kamis (16/5/2024).
Wisuda tersebut melepas 361 lulusan yang terdiri dari Program Studi Profesi (78), Program Studi Diploma III (49), Program Studi Sarjana Terapan (185), dan Program Magister Terapan (49).
Lebih lanjut Arianti mengatakan, Kemenkes telah mengeluarkan UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, yang diantaranya mengatur tentang penerbitan surat tanda registrasi (STR) yang berlaku seumur hidup.
‘’Namun, tenaga kesehatan harus mempunyai surat izin praktik (SIP) yang berlaku lima tahun dan dapat diperpanjang serta diatur berdasarkan kebutuhan kesehatan daerah untuk menjamin pemerataan akses kesehatan masyarakat,’’ katanya.
Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang Jeffri Ardiyanto MAppSc mengatakan, pihaknya sejauh ini telah ikut berkontribusi dalam mencetak tenaga kesehatan yang dibutuhkan puskesmas, di antaranya lulusan dari jurusan Keperawatan, Kebidanan, Analis Kesehatan, Rekam Medis, Kesehatan Lingkungan, dan Gizi.
‘Pihaknya bekerja sama dengan dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jateng untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di puskesmas.
“Kami juga selalu menjalankan Inter Profesional Colaboration (IPC) dengan menerjunkan mahasiswa di tingkat akhir yang sudah memiliki kemampuan, kompetensi, dan keahlian untuk ikut membantu program Kemenkes dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan di tengah masyarakat. Untuk tahun ini, pelaksanaan IPC kami pusatkan di Wonosobo,’’ papar Jeffri.
Selain itu, Poltekkes Kemenkes Semarang juga menambah kapasitas mahasiswa baru untuk program studi yang dinilai langka dan banyak dibutuhkan, yakni jurusan Teknik Radiologi dan Radioterapi di kampus Purwokerto.
‘’Jurusan ini baru ada di dua kampus Poltekkes di Indonesia, karena itu setelah ditelaah rasionya, kami bisa membuka satu kelas lagi kampus Purwokerto,’’ jelasnya.
Jeffri menegaskan, penambahan ini dilakukan dengan tetap mengutamakan kualitas. ‘’Lulusan yang berkualitas itu dihasilkan oleh prodi yang berkualitas. Adapun prodi berkualitas itu indikatornya dalam bentuk akreditasi dan dari 34 prodi di Poltekkes Semarang, 80 persennya sudah mendapatkan akreditasi unggul.
Ada tujuh prodi yang masih berakreditasi baik sekali yang akan kami lakukan akreditasi kembali di tahun ini dan diharapkan bisa meraih predikat unggul juga. Target kami 2024 ini semua prodi di Poltekkes Kemenkes Semarang terakreditasi unggul semua,’’ paparnya.***
Repost : Suara Merdeka